TUGAS 2
Nama : Rizki Rahmattullah
Kelas : 2EB22
NPM : 29210532
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta –
fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif
tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua
pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris,
semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif
ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau
kaedah yang berlaku umum.
Induksi pada pengertian tradisional dipisahkan secara rigid
dari deduksi untuk menunjuk pada suatu metode saintifik yang berupaya tiba pada
konklusi melalui bukti-bukti (evidences) partikular mengenai dunia. Dalam
sains, akumulasi bukti-bukti (evidences) bermakna derajat tertentu terhadap
sokongan munculnya hipotesis, kalau bukan konklusi.
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir denganbertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak
tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci
sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Contoh
penalaran induktif :
Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan. Kesimpulan : semua
hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Induktif terbagi 3
macam, yaitu:
A. Generalisasi
Pada generalisasi tersebut, peristiwa yang kita kemukakan
harus memadai agar yang kita tarik adalah kesimpulan yang terpercaya suatu
kebenarannya.
Generalisasi mencakup
ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi
dibuktikan dengan fakta. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat
seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. ( Mundiri,
1994 : 127 )
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. ( Gorys Keraf, 1994 : 43)
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. ( Gorys Keraf, 1994 : 43)
1.
Generalisasi
Sempurna
Generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua.
Contoh: Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam
penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan
dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang ditinggalkan. Generalisasi semacam
ini, memberikan kesimpulan yang sangat kuat dan tidak dapat dipatahkan tetapi
prosesnya tidak praktis dan tidak ekonomis.
2. Generalisasi Sebagian
Generalisasi dimana kesimpulannya diambil
berdasarkan sebagian fenomena yang kesimpulanya berlaku juga bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki, misalnya. Setelah kita menyelidiki sebagian
bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong kemudian diambil
kesimpulan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong,
maka penyimpulan ini adalah generalisasi sebagian (probabilitas).
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45)
1. Loncatan Induktif
(Generalisasi sempurna)
Generalisasi
yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta
yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta
tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili
seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Sisa suka berenang. Deni
juga suka berenang .Reni suka main bola. Teti suka main bulutangkis. Dapat
disimpulkan bahwa anak-anak komplek bahari suka olahraga.
2. Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna)
Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. Misalnya, untuk
menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan
kebenaran apbila melalu prosedur pengujian yang benar.
Prosedur
pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1.
Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2.
Sampel harus bervariasi.
3.
Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari tidak umum.
Contoh: Rika suka bermain bola
basket. Rino juga suka bermain bola basket. Tino suka bermain sepak bola. Jadi
dapat disimpulkan ke tiga anak tersebut menyukai permainan bola.
B. Hipotesa
Hipotesa adalah kesimpulan yang diterima sementara waktu
untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih
lanjut.
C. Teori
Teori adalah azas yang umum dan abstrak yang diterima secara
ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang
ada.
D. Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal
penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi
tidak valid
E. Analogi
Dalam analogi, kita membandingkan
dua macam hal. Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa
memperhatikan perbedaannya. Jadi, kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan
diantara dua hal yang berbeda. Proses penalaran untuk menarik
kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan
kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting
yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh: Alam semesta berjalan
dengan sangat teratur seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan dan bintang
berjuta jumlahnya beredar dengan teratur, seperti halnnya roda mesin yang rumit
berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit pada penciptanya
yaitu manusia.Manusia yang pandai, teliti, bijaksana. Tidakkah alam yang maha
besar dan beredar rapi sepanjang masa inni tidak pula ada penciptanya? Pencipta
yang Maha Pandai, Maha Teliti, dan Maha Agung?.
F. Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Sampai
pada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai
pada akibat dari fakta itu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga
hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab
akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat
menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang
diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan
simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas
terhadap suatu akibat yang nyata.
Contoh
:
Karena
masyarakat sering membuang sampah sebarangan maka mengakibatkan banjir.
2) Akibat sebab
Akibat
sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter.
Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan
entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab
merupaka simpulan.
Contoh
:
Sudah dua hari Anisa tidak masuk sekolah. Tiga
hari yang lalu dia nekat pulang usai sekolah dengan berjalan kaki tanpa payung
dalam keadaan hujan. Kemarin saya melihat ibunya membeli obat di apotek.
Kemungkinan besar Anisa sakit.
3) Akibat-akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.
Tambahan :
*) Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
*) Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
**) Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
- Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Referensi:
- http://hadasiti.blogspot.com/2012/03/arti-dan-contoh-dari-penaralan-induktif.html
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
- http://www.gudangmateri.com/2011/06/penalaran-deduktif-dan-induktif-dalam.html
- http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18039/Induksi.ppt
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/penalaran-induktif-36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar